SELAMAT DATANG

T
erima kasih Anda telah mengunjungi Grafikologia.

Grafikologia menyajikan menu bergizi seputar dunia desain grafis: ada teori desain, gambar, tipografi, strategi komunikasi, konsep visual, retorika visual, budaya visual, strategi media, membahas/memajang karya para mahasiswa dan tak lupa sedikit tips desain. Selamat menikmati grafikologia!

salam saya,

Rene Arthur

17.10.08

DESAIN GRAFIS DI TENGAH DUNIA BANJIR GAMBAR




Gambar sudah menjadi santapan rutin bola mata kita. Setiap hari kita mengkonsumsi ratusan gambar melalui koran, billboard, katalog, komik, majalah, televisi, internet dan handphone. Sedemikian rutinnya gambar menyapa, sampai kita tak menyadari lagi betapa tergantungnya kehidupan pada gambar. Dalam kehidupan gambar dimanfaatkan untuk membujuk orang, untuk memperkaya batin,untuk membuat hidupnya lebih efektif, meningkatkan pengetahuan, menghibur diri atau untuk memperindah lingkungannya. Tidak terbayangkan kekacauan yang akan terjadi apabila gambar dihapus dari muka bumi ini.
Pelajaran sekolah akan bertambah sulit, tanpa kehadiran ilustrasi buku pelajaran. Betapa sukarnya membedakan berbagai produk di rak supermarket tanpa bantuan gambar pada kemasannya. Betapa membosankannya majalah, siaran televisi, internet, layar komputer, main game/ hiburan tanpa kehadiran gambar. Bahkan untuk buang air kecil ditempat umum kita harus waspada betul, karena bisa tersesat ke toilet lawan jenis. Betapa rapuhnya kehidupan tanpa gambar. Sebaliknya, kelimpahan gambar juga tidak selalu membawa kebaikan. Dewasa ini betapa mudahnya orang memproduksi gambar. Tak perlu bakat seni rupa. Teknologi kini memampukan manusia mengunduh gambar, memindai dan memanipulasi gambar/foto yang telah ada kemudian mencetaknya. Apalagi harga mesin cetak dan tinta semakin murah. Ditambah dengan konvergensi teknologi handphone, kamera, internet dan printer yang memudahkan orang mencetak gambar hasil jepretannya. Banjir gambar menjelma menjadi polusi visual, polusi visual akhirnya melahirkan sampah visual. Begitu banyaknya dan mudahnya gambar diproduksi membuat manusia tidak peka lagi terhadap potensi gambar. Dunia desain grafis yang sangat erat berurusan dengan gambar juga tidak luput dari kondisi ini. Desainer grafis bisa menjadi pribadi yang tak peka lagi terhadap kekuatan gambar, akibat pelbagai teknologi memanjakannya. Kini begitu mudahnya menjadi desainer grafis. Cukup dengan menguasai beberapa pengolah gambar seperti corel/photoshop, orang bisa mengaku sebagai desainer grafis. Kemudian, asalkan hasil gambar tampak mewah, glossy, isi menarik, hasil cetak digital, maka gambar dianggap pasti efektif sebagai sarana komunikasi visual. Padahal, gambar dalam dunia desain grafis merupakan salah satu elemen visual yang perlu dipertimbangkan matang-matang disamping tipografi dan layout. Ini menuntut pengenalan terhadap potensi, karakter setiap jenis gambar. Apa jadinya bila seorang desainer grafis gagap imaji? Artinya ia tak tak tahu memanfaatkan kekuatan gambar. Memang seorang desainer grafis dapat saja meminta bantuan gambar dari ilustrator atau fotografer, namun desainer tersebut harus tahu kapan dan mengapa ia menggunakan gambar kartun, gambar gaya art deco, teknik gambar tertentu. Gambar dalam komunikasi visual bukan saja eye catching atau estetik, gambar tersebut harus tepat guna. Bisa saja gambar itu hanya hitam putih, hanya hasil gambar tangan anak yang lugu, namun lebih berdaya menggugah pelihat, dibanding gambar serupa dalam bentuk fotografi penuh warna. Desainer Grafis harus mampu memanfaatkan semua potensi gambar untuk efektivitas komunikasi visual. Karena pada dasarnya desain grafis bukan sekedar APA (isi pesan/gambar yang harus disampaikan), bukan sekedar SIAPA (mengenal sejauh mana visual habit sasaran), tetapi juga BAGAIMANA meyampaikannya (gaya gambar yang dipilih, melalui media apa, ukuran, teknik gambar). Desain grafis menyangkut penyampaian pesan visual (baca:gambar) yang tepat, kepada orang yang tepat, pada saat yang tepat dengan cara yang tepat dan melalui media yang tepat.