SELAMAT DATANG

T
erima kasih Anda telah mengunjungi Grafikologia.

Grafikologia menyajikan menu bergizi seputar dunia desain grafis: ada teori desain, gambar, tipografi, strategi komunikasi, konsep visual, retorika visual, budaya visual, strategi media, membahas/memajang karya para mahasiswa dan tak lupa sedikit tips desain. Selamat menikmati grafikologia!

salam saya,

Rene Arthur

11.11.07

Studi Gambar, Huruf dan Makna

Mempelajari bagaimana manusia bereaksi menanggapi aneka gambar dan huruf sangat bermanfaat bagi kita yang bergelut di dunia desain grafis. 1. Mari mulai dari yang paling sederhana, yakni ”gambar” coreng moreng. Atau mungkin lebih tepat disebut sebagai coretan iseng anak kecil. Boleh dikata ”gambar” semacam ini belum memiliki bentuk yang dikenali. Apakah ini bermakna? Manusia pada dasarnya merupakan mahluk yang mencari makna. Jadi sekalipun coretan seolah tak berarti, manusia akan berupaya menemukan makna di dalamnya. Makna coretan tergantung dimana coretan dibuat. Makna jadi berbeda bila bila coretan ada dibuku pelajaran (kurang konsentrasi), berbeda pula bila coretan yang sama ada di tembok rumah (vandalisme). Jadi konteks dimana coretan itu hadir, berperan besar menentukan makna yang terkandung dan reaksi yang diambil. 2. Eksperimen dilanjutkan, bila kita beri coretan tadi teks/judul, misalnya kata ”PERANG”, maka akan terjadi makna baru yang berbeda dari makna sebelum gambar diberi teks. Kesimpulannya: selain konteks, teks sangat berperan besar di sini dalam menentukan makna. Mungkin gambar tidak jelas gambar apa, tapi teks mengarahkan pikiran kita kepada makna yang diharapkan. 3. Berikutnya, kini gambar yang jelas bentuk sosoknya kita gunakan. Misalnya foto keluarga, foto HUT, foto berita koran, singkatnya isinya jelas: apa yang digambar, siapa yang digambar, sedang apa.....(content). Apa kira kira reaksi pelihat? Sekarang, dengan mudahnya orang memaknai gambar. Tanpa kesulitan ia bisa menebak makna gambar tsb. Minimal ia tahu itu pohon, ini danau, perahu dsbnya. Golongan gambar naratif seperti ini bisa kita perlebar spektumnya dari gambar ilustrasi sketsa buatan tangan sederhana hingga gambar fotografis. Setiap orang bereaksi berbeda terhadap beraneka ragam isi dan teknik gambar.
"Setiap orang bereaksi berbeda
terhadap beraneka ragam
isi dan teknik gambar"
Ada yang bosan melihat foto danau dan melihatnya sekilas, namun amat mengagumi danau gambaran tangan, demikian sebaliknya. Reaksi orang terhadap isi dan bentuk suatu gambar ternyata tidak hanya ditentukan oleh apa yang tergambar, tetapi juga tergantung dari gambar- gambar apa yang biasa ia lihat.(habit) 4. Gambar jenis 3 tadi dapat kita golongkan pada jenis gambar wajar. Gambar yang selaras realita. Namun ada pula gambar yang tidak sesuai realita, yakni gambar gambar alam khayali (surealistik, manipulasi digital, alam mimpi). Gambar jenis ini menyuguhkan mahluk- mahluk aneh, monster, spesies baru yang tak sesuai referensi kenyataan hidup seharian. Namun, betapapun ganjilnya kombinasi sosok yang tercipta, manusia tetap tergelitik untuk mencari makna darinya. Bahkan seringkali ia menjadi lebih terpikat oleh gambar ganjil seperti ini. Gambar jenis ini memiliki berbagai karakter: dari gambar yang memberi efek fantastic hingga gambar yang menimbulkan shock.
5. Bagaimana seandainya jika gaya gambar yang kita ubah? Tampaknya perubahan gaya juga mempengaruhi makna gambar. Jadi selain isi, ternyata orang juga memaknai gambar dari gaya gambarnya. Seluruh rentetan sejarah seni budaya dapat menjadi saksi bagaimana pengaruh gaya dalam seni rupa. Mulai dari gaya dekoratif, stilasi art nouveau, minimalis swiss international style, hingga eklektisimenya postmodern. Gaya gambar mengusung berbagai pesan ,bisa historis , psikologis, politis, Religius, ideologis, dsbnya ( Pembahasan terinci dapat dibaca dalam buku “Graphic Style” karya Steven Heller dan Seymour Chwast). 6. Sekarang kita soroti penggunaan huruf dalam desain grafis. Huruf itu pengantar makna pesan yang kerapkali dianggap lebih tegas, akurat, obkjektif dan rasional dari pada gambar. Oleh karena itu ada typografer terkemuka berpesan bahwa suatu desain huruf harus jelas; karena fungsi utamanya untuk dibaca. Namun rupanya hukum pembiasaan juga berlaku untuk huruf. Apa yang dianggap jelas itu relatif, tergantung mata orang terbiasa melihat apa. Dewasa ini ada trend dalam desain grafis yang cenderung membuat huruf sulit dibaca/illegibility. Tetapi, justru karena sulit, pembaca yang jenuh dan terbiasa melihat tipografi yang jelas dan bersih, akan tertarik membacanya (fenomena David Carson). Inilah huruf mendekati corat corat. Di sini peran huruf mulai bergeser, dari pengungkap makna menjadi penyembunyi makna. Catatan: Kita tak perlu heran dengan kenyataan ini, dalam komunikasi sehari hari juga tidak selalu kita berkomunikasi dengan pesan yang jernih, adakalanya pesan itu kabur/ambigu.Tergantung fungsi dan maksudnya.
"Makna gambar dan huruf
dalam desain grafis itu
bisa makna tekstual, kontekstual,
kontentual, konseptual, habitual dan formal."
6. Dalam desain grafis , elemen visual dan verbal kerap bekerja sama mencipta makna. Contoh berikut: Gambar orang batuk bertulisan” Awas bahaya batuk ?” dengan gambar gunung meletus bertulisan “Awas bahaya batuk?”. Ada makna lain yang muncul ketika gambar huruf bersanding. Demikian seterusnya, kita dapat bereksperimen dengan melakukan berbagai kombinasi huruf dan gambar. Makna gambar dan huruf desain grafis itu terbentuk dari elemen tekstual, kontekstual, kontentual, konseptual, habitual dan formal. Inilah hal- hal yang patut dipertimbangkan agar pesan yang ingin kita sampaikan tepat sasaran.